Lintassuara.id – Konferensi Cabang (Konfercab) VI Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Tangerang, Banten, berlangsung hangat dan penuh antusias. Forum musyawarah tertinggi tingkat cabang ini menetapkan Oki Putra Arsulan sebagai Ketua Cabang PMII Kota Tangerang masa khidmat 2025–2026. Minggu (10/8/2025)
Kegiatan Konfercab berlangsung pada Sabtu–Minggu (09–10/08/2025) di Aula Kemenag Kota Tangerang. PMII Kota Tangerang terdiri dari tiga komisariat dan tiga rayon: Komisariat Unis, Komisariat UMT, Komisariat STISNU, Rayon Hukum Ekonomi Syariah, dan Rayon Hukum Akhwalusyaksiyyah.
Dalam sambutannya, Oki mengajak PMII untuk kembali menjadi kekuatan kritis di tengah kekuasaan yang semakin elitis.
“PMII harus kembali ke marwahnya sebagai kekuatan moral dan intelektual yang berpihak pada rakyat, serta berani mengkritisi kekuasaan yang menyimpang. PMII tidak boleh menjadi penonton dalam situasi krisis sosial hari ini,” tegasnya.
Di tengah kemegahan pembangunan Kota Tangerang, masih banyak warga yang tertinggal secara ekonomi, anak muda kehilangan arah, dan kampus semakin sepi dari diskusi kritis.
Ia juga menekankan bahwa di era digital, gerakan mahasiswa tidak cukup hanya dengan orasi dan aksi fisik. PMII harus menguasai ruang digital, menyuarakan isu publik, melawan disinformasi, serta membangun jejaring gerakan yang luas namun tetap berakar pada nilai keislaman dan keindonesiaan.
“Saya tidak mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin seremonial. Saya maju untuk mengembalikan PMII ke posisinya sebagai rumah besar bagi kader yang ingin berpikir, bergerak, dan tumbuh,” ujarnya.
Oki memaparkan lima fokus perjuangan PMII Kota Tangerang ke depan:
- Membangun PMII sebagai organisasi digital yang responsif terhadap perkembangan zaman.
- Mengawal kebijakan daerah yang tidak berpihak kepada rakyat.
- Mendorong kemandirian ekonomi kader melalui wirausaha dan pelatihan keterampilan.
- Menghidupkan kembali ruang intelektual di internal PMII: kajian, riset, dan opini publik.
- Menegaskan posisi PMII sebagai kekuatan independen.
Oki menegaskan bahwa PMII harus menjadi rumah perlawanan yang cerdas bukan hanya karena marah, tetapi karena sadar akan tanggung jawab sejarahnya.
“Jika kekuasaan hari ini menjauh dari rakyat, tugas kita adalah mendekatkan suara rakyat ke telinga penguasa. PMII harus berteriak paling lantang. Keberanian bukan pilihan, tapi kewajiban kader hari ini,” pungkasnya.