Lintassuara.id – Sejak dilantik menjadi Bupati Tangerang, Maesyal Rasyid dihadapkan pada harapan besar masyarakat. Sosok birokrat senior ini dianggap paham seluk-beluk pemerintahan. Namun, setelah beberapa waktu memimpin, gaya kepemimpinan yang ia tunjukkan justru menuai banyak tanda tanya.
Maesyal Rasyid tampak lebih gemar tampil simbolis dibandingkan menghadirkan solusi konkret. Aktivitas seremonial seperti menghadiri peresmian, membagikan bantuan, atau membuat kunjungan lapangan yang diliput media kerap dijadikan panggung pencitraan. Sayangnya, di balik sorotan kamera, persoalan mendasar seperti birokrasi lamban, pelayanan publik yang buruk, dan ketimpangan pembangunan tetap tak terselesaikan secara signifikan.
Gaya komunikasinya juga cenderung birokratis dan jauh dari rakyat. Dialog terbuka dengan masyarakat jarang dilakukan secara tulus, lebih sering hanya bersifat formalitas. Ketika muncul masalah seperti perobohan masjid, konflik agraria, atau kritik tokoh agama, respons dari Bupati terkesan dingin dan normatif, seolah lebih fokus menjaga citra daripada mencari keadilan atau solusi.
Selain itu, kepemimpinannya tampak terlalu hati-hati, bahkan terkesan pasif dalam menindak tegas oknum pejabat yang bermain dalam kasus perizinan, mafia tanah, dan penyalahgunaan anggaran. Padahal, rakyat membutuhkan pemimpin yang berani dan tegas, bukan hanya aman dan nyaman di zona abu-abu kekuasaan.
Di sisi lain, janji-janji tentang pembangunan yang merata belum banyak dirasakan warga di kawasan utara dan barat Kabupaten Tangerang. Infrastruktur masih timpang, pendidikan belum merata, dan pelayanan kesehatan masih jauh dari ideal.
Retorika tentang “Tangerang Gemilang” terasa hambar ketika rakyat di bawah masih kesulitan akses pelayanan publik, transportasi umum, air bersih dan pekerjaan.
Sudah saatnya Maesyal Rasyid keluar dari tempurung gaya kepemimpinan simbolik dibawah bayang-bayang Dinasti. Kabupaten Tangerang bukan hanya butuh sosok pemimpin yang hadir secara fisik, tetapi yang benar-benar memahami, merasakan, dan bergerak bersama rakyat untuk menghadirkan perubahan nyata. Jika tidak, kepemimpinannya hanya akan tercatat sebagai masa transisi penuh basa-basi.
Penulis: Ari Sudrajat, Ketua Benteng Rakyat Tangerang (BENTANG)